Second Choice
"Satu-satunya hal yang akan kusesali adalah ketika datang masanya aku harus membalikkan badan dan tak ada siapapun disana.”
***
Sejak hari itu, aku mencoba mengalah untuk menjauh. Bukan lagi tentang siapa pemenang dan pecundang. Hanya saja semua sudah usai. Sejak hari itu, rintihan rindu telah kuletakan dalam ruang yang ku kunci rapat-rapat agar tak terdengar lagi bisingnya. Sejak hari itu, aku menyadari bahwa ada bagian-bagian yang harus aku lepaskan agar bagian yang lain tetap utuh. Termasuk bagian dari kebahagiaanmu. Terdengar sedikit munafiq, jika aku bilang saat ini aku baik-baik saja.
Hidup manusia emang selalu tentang pilihan. Aku selalu merasa bahwa aku akan bisa melewati pilihanku, maksudku pasti akan selalu ada alasan bodoh untuk mempertahankan seseorang.
***
Hari itu harusnya gak pernah datang. Hari itu harusnya gak perlu ada. Ini harusnya gak pernah terjadi. Harusnya waktu itu aku gak pernah ngomong, harusnya biar selamanya saja tersimpan, harusnya beberapa hal bisa tampak begitu cukup. Harusnya aku tau kapan aku bisa memulai dan waktunya berhenti. Harusnya aku juga bisa memahami tentang apa yang aku sukai dan apa yang gak bisa aku miliki. Harusnya aku stop aja setelah kalimat yang kamu lontarkan saat pertama aku mengutarakan perihal sesuatu yang gak bisa aku pendam. Tapi.. kayaknya udah waktunya kamu bantuin aku mikir. Maksudku, just let me explain it for you. Entah kenapa aku ngerasa ini adalah suatu kebingungan yang harus aku jelasin ke kamu, padahal aku sendiri sebenarnya belum sepenuhnya ngerti. it's complicated, ini mengganjal banget dipikiran aku, ini bukan sesuatu yang kubuat berdasarkan aturan ku, bukan berdasarkan apakah aku ingin melakukannya atau nggak, tapi kalo kamu tanya aku juga maunya diem aja. I want to give you love in this damn situation. Tapi akunya gak bisa. Aku gabisa mendem sendiri, aku gak bisa handle semuanya, aku gak bisa terus-terusan mikir ini sebenernya bentuk kasih sayang itu gimana? Apakah bentuk kasih sayang itu harus tulus? Apakah ketulusan itu berarti menyayangi seseorang tanpa perlu dibalas? Tanpa perlu dia tau, tanpa perlu dia nerima, tapi disisi lain aku ngerasa aku pengen kamu tau, aku pengen kamu balas, aku pengen kamu ngerti tentang perasaan aku yang sebenar-benarnya. Apakah berarti ketulusan itu gak cukup? Apakah menyayangi seseorang bisa jadi seegois ini? Apakah aku gak tulus? oke jika kamu bilang ini bukan kasih sayang terus ini apa namanya? Tell me. Awalnya aku pikir aku ngerti, cuma makin kesini ketika perasaan ini makin dalam, ternyata aku semakin ga ngerti. Sebenernya bentuk rasa cinta itu bagaimana? Aku gak bisa terus-terusan mikir sesuatu yang aku gak pernah nemu jawabannya. Semakin aku sayang sama kamu, semakin perasaan ini gak jelas. Semakin aku simpen, itu justru aku semakin egois. Awalnya aku masih bisa mikir someday will noticed, someday juga you will come back to me, someday you will love me and try to understand my feelings. Tapi ternyata, makin kesini aku makin merasa aku sendirian. Aku tau ini bukan salah kamu, It's not your fault if you don't love me too, cuma sekarang aku pengen kamu tau kalo ternyata aku gak setulus itu, karena aku berharap kamu sayang aku balik, yeah say hope you love me. I hope at the same time you also understand my feelings. Aku egois banget ternyata, meski aku selalu bilang sama kamu "aku gak minta perasaan aku dibalas" tapi ternyata hati aku menolak jauh dari mulut aku. Maaf ya aku egois, tapi kalo dengan egois kayak gini aku bisa menyelamatkan hati aku sendiri, i will do it. Karena, dengan nganggap ini semua gak ada, bohong sama perasaan aku sendiri, itu jauh lebih egois dan membuatku it's enough. Orang lain bilang, menyayangi seseorang tapi seseorang itu gak menyayangi kita balik itu gapapa, itu normal, itu gak masalah. Iya, gak masalah emang, tapi itu bukan berarti gak nyakitin aku, and it hurts me. Karena hal yang normal ternyata gak semua orang bisa nerima, aku gak bisa nerima hal normal itu, jadi.. aku gak harap kamu ngerti sih, I know what you want. Aku mau bilang makasih aja karena udah bikin aku egois, makasih karena sama kamu aku bisa seserius ini sama perasaanku sendiri, bisa ngerasa sedih, khawatir and angry at the same time. Karena akhirnya aku bisa belain perasaanku sendiri, meski dikamu ini keliatan jahat karena gak bisa diterima, tapi meski begitu sampai sini kamu cukup paham dengan perasaanku.
***
Ada sebuah perihal yang hendak kukatakan padamu. Bukan hujan yang selama ini kurindukan, ataupun langit senja yang selama ini kunantikan. Aku bahkan tidak akan membahas tentang jalan gelap yang selama ini kutapaki.
Jika memang awal adalah permulaan, dan akhir adalah penyelesaian, apakah benar, penyesalan itu ada?
Jika memang rindu itu menyesakkan, dan kehilangan itu menyakitkan, apakah benar, penyesalan itu ada?
Apakah aku nyata?
Aku takut. Ketika kaki sudah tak lagi berjalan di atas lorong kehidupan, yang sedari dulu kuragukan. Apakah kehidupan itu nyata? atau hanya sepetik bait semu, yang ketika dilantunkan, akan membawa siapapun ke alam mimpi?
Aku takut. Mendayung sendiri di lautan harapan, namun tidak ada siapapun disana. Menembus kegelapan, berharap ada seseorang yang akan menyambut di depan sana. Entah, di tengah samudera ataupun di bibir pelabuhan kelak. Aku hanya takut, kesepian ini abadi.
Apakah benar, kesempatan itu ada?
Aku berdoa. Andaikan kamu adalah sisi ter-logis di semesta, ini tidak lebih dari perjalanan cahaya yang pada akhirnya dapat dipersepsikan oleh otakku.
***
Jatuh cinta, adalah kebebasan setiap orang. Tapi, kebebas itu juga bisa jebak kita untuk terus ada didalamnya. Kebebasan yang awalnya bisa buat kita bahagia, bisa berubah jadi labirin yang gak ada jalan keluarnya. That means we are stuck there, bahkan ketika ternyata memang benar-benar gak ada jalan keluar yang bisa nolong kita keluar dari sana, kita bisa aja memilih untuk tetap terjebak didalamnya. Why? Cause that's love. Itu kenapa kita masih sering ragu untuk memastikan kapan sebetulnya cinta itu terjadi? Apakah ketika mata kita melihat sesuatu yang kita sukai? Apakah ketika mata kita mengeluarkan air mata yang gak kita duga? Atau, ketika kita mulai jalanin cerita sama-sama? Atau, ketika cerita itu berakhir dan cuma menyisakan luka? Kapan? Kapan sebenarnya cinta itu terjadi? Apa mungkin, cinta itu terjadi ketika kita mengizinkan dia mencuri satu-satunya hati kita? Apakah cinta terjadi ketika orang yang sudah memiliki cinta kita itu menghilang gitu aja? Seolah-olah awal dan akhir gak pernah punya jeda dan isi yang berharga. Ya, kita gak pernah tau, karena selalu jadi hal yang aneh sekali untuk menjawab sebenernya cinta itu kayak apa? Awalnya, aku sempet mikir bahwa fall in love adalah gambaran warna yang cerah dan menyenangkan. Apalagi kalo cinta itu kita temukan pada tubuh seseorang yang rasanya kita tuh akan selalu sama dia terus, yang kita gak pernah kebayang kalo suatu saat nanti bakalan pisah, yang kita terlalu yakin bahwa semua hal akan selalu sama. Ya, itu memang bahaya sih karena ending adalah hal yang pasti. Kenapa berbahaya? Karena dampaknya baru kerasa setelah jauh-jauh hari, ketika kita ngerasa habis ini pasti gak akan ada cinta lagi, habis ini pasti gak akan ada orang kayak dia lagi, habis ini aku akan susah nemuin perasaan kayak gitu lagi. Aku pernah dengar seseorang bilang katanya, "Cara terbaik untuk meninggalkan seseorang yang udah ninggalin kita, adalah dengan ketemu seseorang yang baru dan bahagia lagi". Itu bener, tapi kita juga tau kalo itu gak semua bener, lebih tepatnya gak semudah itu. Letak masalahnya itu, hati buat orang baru bukan berarti kita berhasil nutup hati kita untuk orang yang dulu. Iya, jalani cerita dengan orang baru bukan berarti kita udah selesai dengan yang dulu. Tapi mungkin aja, ketika kita gak kunjung nemuin yang kita cari di orang lain atau orang-orang baru yang pernah kita temuin, mungkin Tuhan tuh lagi pengen kita berkaca dulu ke diri sendiri. Sebetulnya maunya kita tuh apa? Karena mungkin jawaban yang lagi kita cari adanya dalam diri kita, bukan dengan ngorbanin orang baru. Kalo orang yang sempurna aja gabisa jadi jawaban yang kita cari, mungkin emang udah waktunya buat kita buat jadi jawaban itu, bukan dengan berharap orang lain bisa jadi jawaban seperti yang kita mau. Karena kadang, beberapa hal memang gak akan bisa tergantikan.
***
Hari ini, hari dimana aku memutuskan berhenti untuk lanjut, untuk ga ambil langkah lagi untuk kamu Arden. Hari ini hari dimana aku tau, ternyata gak semua hal yang aku anggap baik itu baik bagi aku, termasuk kamu. Sejahat-jahatnya manusia lebih jahat manusia yang gak berani jujur sama sesuatu yang dia tau, yang dirasain, yang diliat. Banyak banget sesuatu yang baru aku sadari dari kamu, banyak banget sesuatu yang aku tau hari ini. Tentang kamu yang menjadikanku second choice, tentang kamu yang ternyata merasa gak nyaman ketika kita berbincang, tentang kamu yang ternyata menganggap aku sesuatu yang gak berguna, gak penting, bahan candaan teman-teman mu dan kamu bilang cuma kasian. Aku terima, aku terima semua apapun itu, munafiq Arden kalo aku bilang aku gak benci kamu, bohong. Aku benci, aku sakit, tapi bodohnya perasaan aku ke kamu gak bisa ngalahin rasa benci aku sama diri kamu, terutama perempuan yang kamu anggap dia baik tapi nyatanya dia yang hebat dalam menyakiti hati manusia lainnya, yang udah berkoar sana sini menjatuhkan aku karena menganggapku siangannya. Gak ada hari aku berhenti dimana aku ngadu ke Allah untuk bisa dikuatkan, untuk dikasih petunjuk, semoga apapun itu pilihan kamu, itu pilihan terbaik untuk kamu, semoga kamu selalu dikelilingi oleh orang-orang baik. Dan semoga cerita ini terus berlanjut hingga menemukan titik akhirnya untuk berhenti.
"Semoga yang baik selalu ikut dalam perjalanan. Semoga yang dirasa kurang baik, menuntun kita untuk mengerti tentang memaafkan".
Komentar
Posting Komentar