Sebatas Pernah
Aku ingin bercerita..
Bukan, bukan tentang bagaimana aku menyukaimu..
Ya,mungkin aku bisa terpikir untuk menulis itu. Tapi saat ini aku ingin menulis tentang bagaimana aku melihatmu.
Dari sudut pandang ku ..
Awalnya aku tidak tahu siapa kamu, bahkan tak terfikirkan siapa itu kamu. Ada beberapa hal yang tidak kusadari yang membuat nilaimu selalu bertambah dimataku.
Kamu terlihat seperti orang yang jenius, padahal aku baru saja mengenalmu.
Cara menatapmu
Cara bicaramu
Membuatku kembali berpikir apa yang sebenarnya ada di pikiranmu.
Tanpa sepengetahuanmu setelah kita bertemu, otakku dipenuhi oleh segala hal tentangmu.
Aku ingat saat pertama kali kamu menyapaku, aku mengulang bagaimana caramu berbicara.
Aku segan..
Segan untuk berbicara denganmu. Bahkan untuk menyapamu saja aku tak bisa. Seperti yang kulihat saat pertamakali aku bertanya kepadamu, kamu membentengi dirimu dengan benteng yang begitu kokoh. Itu yang membuatku enggan menyapamu lagi. Namun akhirnya aku berhasil meruntuhkan egoku untuk menyapamu kembali..
Awalnya kamu tetap dingin sedingin karang es dibenua antartika. Dan akupun menciut mulai memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dikemudian hari. Tapi ternyata aku salah perlahan tembokmu mulai runtuh, hatimu yang sekeras karang itu mulai terkikis. Kamu, berubah, berbanding terbalik dengan apa yang aku temukan pada dirimu.
Saat kamu mulai bertanya dan memberi perhatian kecil kepadaku, aku pikir itu hal yang tidak wajar karena yang kulihat itu seperti bukan kamu, bagaimana aku bisa berpikir seperti itu karena kamu yang aku kenal adalah sosok yang dingin. Tapi, kekaguman hatiku mulai berganti, racun pesona barumu itu mulai menyebar hingga otakku, hatiku, dan tubuhku menjadi adiktif terhadapmu. Racunmu itu sudah menjadi candu.
Awalnya aku senang, siapa yang tidak senang jika sosok yang diinginkannya menginginkannya kembali.
******
Namun hal itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Setelah apapun yang pernah kita lakukan, bercerita setiap hari, bertengkar pun selalu terjadi namun itu tak menjadikan kita untuk saling menjauhi. Hingga suatu hari kutemukanmu berubah kembali seperti awal setelah kita bertengkar hebat, padahal sebelumnya kita telah membaik namun setelah beberapa jam itu kamu mulai menjaga jarak lagi untukku, membiarkan ku terus berfikir apa yg sebenarnya terjadi padamu, berhari-hari kamu tak mengabariku, mendiamkanku hingga pada suatu hari setelah itu kamu menghubungiku kembali untuk menjelaskannya dan saat itu pula kita sudah menjadi renggang kembali seperti awal mula kita tak pernah saling kenal.
******
Tenntang Mencinta
Mencinta butuh pengorbanan
Mencinta butuh keikhlasan
Mencinta butuh kemurnian
Tapi, mencinta tak butuh kepastian.
Ibarat bunga mencintai kumangnya
Ibarat inang mencintai anggreknya
Ibarat akar mencintai daunnya
Ibarat aku mencintai kamu
Namun
Dicinta tak butuh untuk berjuang.
Ibarat bulan dicinta matahari
Ibarat senja dicinta fotografi
Ibarat sudut dicinta presesi
Ibarat kau dicinta aku
Lalu, kalau memilih satu..
Apa itu egois?
Lalu, kalau memilih rindu..
Apa itu apatis?
Lalu, jika aku memilih kamu..
Apa kita akan jadi historis?
Namun semenjak kejadian itu, setelah beberapa bulan kita tak lagi bersama menjalani kehidupan seperti awal mula, masih sedikit terasa perhatian-perhatian yang pernah kau berikan untukku, over protektif nya dirimu kepadaku
Gila bukan?
Disinilah cerita kamu berakhir
Tidak. Tidak berlanjut, aku sudah kembali sehat, otakku sudah bekerja dengan baik. Dan kamu? Ah sudahlah, bahagia lah dengan siapapun itu, aku sudah tidak ingin lagi mengingat tentangmu.
*****
Terima Kasih
*****
Terima kasih telah beranjak pergi meninggalkanku
Terima kasih atas semua bahagia yang kau beri
Terima kasih untuk sebatas pernah yang akhirnya tiada
Dan terima kasih telah menjadi utusan semesta yang ingin menetap
Meski tak seatap pada akhirnya
*****
Terima kasih ini, kutuliskan.~
Komentar
Posting Komentar